Selasa, 17 Maret 2009

Artikel Cucak Rowo

DAERAH ASAL
Burung cucakrawa terdapat di hutan-hutan hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di hutan Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Maluku. Dengan semakin menyusutnya luas hutan sebagai tempat hidup dan berkembangbiak burung cucakrawa secara alami serta banyaknya penangkapan secara liar membuat semakin menipisnya jumlah cucakrawa. Akhir-akhir ini cucakrawa hanya terdapat di hutan Sumatera dan Kalimantan, serta sedikit di Malaysia.
Tempat daerah asal inilah yang sering membedakan jenis atau mutu burung cucakrawa. Cucakrawa yang berasal dari Medan menempati peringkat teratas di antara jenis cucakrawa dari daerah lain. Cucakrawa dari Medan memang memiliki banyak kelebihan, antara lain postur tubuh lebih besar, penampilan tegap, warna bulu lebih dominan arah abu-abu dengan bintik putih hitam yang jelas, serta diikuti dengan kicau dan irama lagu yang baik pula.
Cucakrawa asal Medan saat ini menjadi idola para penggemarnya, sehingga banyak dicari oleh para pecintanya serta menempati rumah-rumah mewah sebagai lambang prestise bagi pemiliknya. Harga yang tinggi, bukan masalah bagi para penggemarnya. Kicau yang indah, nyaring merdu dan bertalu-talu konon mampu menciptakan suasana asri serta sanggup membawa pendengarnya ke alam dan suasana hutan yang penuh dengan keindahan dan kedamaian alami.

KLASIFIKASI
Burung cucakrawa termasuk dalam klasifikasi:
- Phylum : Chordata
- Kelas : Adves
- Ordo : Passeriformes
- Familia : Pycnoctidae
- Genus : Pycnoyoyus
- Species : Pycnototus Zaelanicus
Nama cucakrawa berasal dari bahasa Jawa. Burung tersebut memang suka hidup di sekitar perairan dan atau juga di daerah rawa. Suka mandi di air yang dangkal dan mencari makan di dekat perairan.
Habitat Asli
Burung cucakrawa hidup di hutan belantara terutama di daerah rawa atau pada muara sungai kecil yang dangkal dan berair tenang, karena burung ini gemar mandi dan berjemur sinar matahari di waktu pagi sambil berkicau riang diatas dahan dan ranting yang menjorok di atas sungai. Mereka hidup secara begerombol atau berkelompok terutama pada senja hari di menjelang matahari tenggelam. Pada pagi hari mereka akan mandi bersama dengan berkicau riang. Setelah puas, mereka akan terbang secara berpasangan untuk mencari makan.
Pada saat musim kawin tiba, yaitu menjelang musim penghujan sekitar bulan Juli sampai dengan bulan September, pasangan dewasa akan mulai membuat sarang secara bersama-sama. Untuk menghindari gangguan dari musuh alami atau manusia, burung ini biasanya membuat sarang pada pucuk ranting yang tinggi atau pada ranting yang kering. Sarang biasanya dibuat dari ranting-ranting kecil dan rumput-rumput kering, yang dibentuk menyerupai mangkok.
Setelah sarang selesai dibuat, tiba saatnya burung betina akan bertelur antara 2 sampai 4 butir, tetapi biasanya hanya 2 telur saja. Selama kurang lebih 2 minggu, telur-telur ini akan dierami oleh induknya secara bergantian. Setelah menetas, secara bergantian pula, induknya akan menyuapi anak-anaknya. Pada saat umur 3 bulan , anak cucakrawa mulai diajak keluar sarang untuk belajar terbang agar dapat mencari makan sendiri.
Telur yang berhasil menetas biasanya terdiri atas jantan dan betina, yang selanjutnya akan menjadi pasangan induk baru. Tetapi tidak jarang terjadi, pasangan bukan dari satu tetasan atau satu induk, tetapi ditemukan setelah mereka dewasa.
Musuh alami burung cucakrawa adalah ular dan binatang hutan lainnya. Dewasa ini, musuh cucakrawa yang paling berbahaya adalah manusia. Karena nilai jualnya tinggi, berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan cucakrawa, baik dengan cara dijaring, dipikat, bahkan dengan cara dipancing. Sasarannya pun bervariasi, mulai dari cucakrawa anakan, cucakrawa muda-hutan, sampai cucakrawa dewasa.
Bahkan telurnya pun sering diambil untuk ditetaskan. Tindakan ini mengakibatkan populasi cucakrawa di habitat aslinya menurun secara drastis, karena semata-mata untuk mengejar keuntungan dan penyaluran hobi tanpa memperhitungkan segi-segi negatifnya. Bila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian , maka dapat dipastikan dalam waktu dekat jumlah cucakrawa akan semakin menipis bahkan mungkin punah.

PEMILIHAN DAN PENGGOLONGAN
Sebelum penangkaran cucakrawa dimulai, terlebih dahulu perlu dilakukan seleksi atau pemilihan terhadap burung-burung ini, apabila jumlah yang dimiliki cukup banyak. Tetapi apabila burung yang ada jumlahnya terbatas, maka seleksi semacam tidak perlu dilakukan. Seleksi ini dimaksudkan agar memperoleh pasangan calon induk yang memenuhi syarat, yang diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang bermutu dan memuaskan. Untuk keperluan itu, burung-burung ini dibagi dalam empat golongan, yaitu:
Calon untuk Induk Penangkaran
Burung yang disiapkan untuk keperluan penangkaran harus memiliki semua kriteria sebagai calon induk. Criteria tersebut antara lain:
Mutu dan kualitas burung harus baik.
Memiliki mental yang bagus.
Suara kicaunya bagus, nadanya bagus, volumenya bagus, iramanya bagus, jarak jangkaunya jauh, dan bersih atau kristal.
Fisik sempurna, dalam arti tidak cacat.
Sehat, dalam arti tidak sakit-sakitan.
Baik pejantan maupun betinanya sudah siap kawin.
Mau dan dapat ditangkarkan dalam arti mampu kawin secara normal
Dari keturunan yang baik dan mempunyai keturunan yang baik pula (tidak cacat, rajin, dan sayang mengasuh anaknya)
Calon untuk Peserta Lomba atau Pameran
Mutu atau kualitasnya baik.
Memiliki mental yang kuat (mental lomba atau mental juara).
Mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehat secara fisik dan tidak cacat.
Tidak liar atau kesit dan tidak mudah terkejut maupun penakut.
Diutamakan yang jantan.
Agresif dan tak pernah kecil hati atau minder.
Calon untuk Klangenan atau Hiasan
Suaranya bagus baik iramanya, lagunya, maupun volumenya.
Kondisi tubuhnya baik dan tidak cacat.
Tidak terlalu gesit dan mudah bergaul dengan lingkungannya
Boleh burung jantan, betina atau sepasang
Melihat Bentuk Luarnya
Dari bentuk dan ciri-ciri luar burung cucakrawa saja, sebenarnya dapat diketahui dan dibedakan jenis kelaminnya. Ciri-ciri dan bentuk luar tersebut yaitu:
Jantan:
Kepala bulat, dengan bulu berwarna lebih tua, tampak ada semacam belahan bulu.
Bulu rahang lebih putih dan tampak bersih cerah.
Bulu punggung dan sayap lebih abu-abu, garis-garis hitam putih lebih nyata.
Ekor lebih panjang dan menyatu paruh tampak lebih kokoh kuat dan tebal serta agak melengking.
Garis hitam di bawah mata tampak lebih jelas.
Betina:
Kepala lebih datar, dengan bulu berwarna lebih ringan, dan tidak ada belahan bulu.
Bulu rahang lebih kotor, tampak putih keabu-abuan.
Garis-garis hitam putih kurang jelas.
Ekor lebih pendek dan sedikit agak mengembang.
Paruh lebih pipih dan cenderung tampak lebih cantik.
Garis hitam di bawah mata dengan warna lebih ringan.
Melihat Tingkah Laku dan Gerakannya
Dari tingkah laku dan gerakannya, burung cucakrawa dapat diketahui sekaligus dibedakan antara jantan dan betinanya. Terutama bila cucakrawa telah jinak dan gerakannya telah menunjukkan kebebasan tanpa adsa rasa takut.
Jantan:
Gerakannya lebih agresif, sering melompat, seakan-akan menantang dan terlihat berani.
Bila melihat lawan jeisnya seakan-akan merayu dan melakukan gerakan atraktif, sedang bila dengan jenis yang sama, seakan-akan ingin menyerang.
Banyak gerakan kaki dan tubuh yang seakan-akan hendak mengangkat ke atas dan ekornya mengarah ke bawah.
Kepala menunjukkan gerakan melongok ke atas dengan gerakan yang nampak berani dan menantang disertai dengan siulan keras bernada memanggil.
Betina:
Gerakan lebih lamban dan tampak halus.
Bila melihat lawan jenisnya akan menggerak-gerakkan sayap yang sedikit agak dikembangkan.paruh terbuka dan lidah digerak-gerakkan seperti anak cucakrawa yang minta disuapi induknya.
Sambil mendekat menyuarakan suara yang lembut, sambil merendahkan badannya dan ekornya agak terangkat keatas.
Kepala sering merunduk atau merendah ke depan merendah sejajar dengan punggungnya.
Didengar dari suaranya
Dari suaranya, burung cucakrawa dapat dibedakan jenis kelaminnya, walaupun untuk itu perlu dibituhkan waktu.
Jantan:
Lebih sering menyampaikan nada panggil tinggi, keras dan melengking.
Banyak variasi nada dan irama yang sering diperdengarkan.
Bila berkicau bersama atau berpasangan akan memimpin irama lagunya.
Betina :
Suara terdengar besar dan dalam, seakan akan memberi jawaban kicauan burung jantan.
Variasi suara lebih monoton dan seolah olah hanya mengikuti saja.
Perbandingan ini akan nampak jelas lagi bila dua burung, jantan dan betina, sedang berkicau bersaut sautan saling didekatkan. Namun ada burung betina yang dapat bersuara doble atau ropel, sehingga dalam ini sulit untuk memilih atau menentukan antara jantan dan betina.

PENANGKARAN
Keberhasilan penangkaran sangat ditentukan oleh sangkar atau kandang yang digunakan cocok atau tidak. Sangkar atau kandang penangkaran adalah sangkar atau kandang yang diperuntukkan sebagai tempat menangkarkan atau mengembangbiakkan pasangan burung cucakrawa yang telah siap dan memenuhi kriteria untuk dijodohkan. Oleh sebab itu, harus dibedakan antara sangkar untuk pemeliharaan atau kurungan dengan sangkar untuk penangkaran.sangkar untuk penangkaran lebih tepat disebut kandang. Selain ukuran yang jauh lebih luas, kandang juga memerlukan berbagai peralatan yang dapat mendukung serta membantu usaha penangkaran.
Agar sesuai dengan habitat dan kehidupan aslinya di alam bebas, atau setidak tidaknya mendekati, maka kandang penangkaran ini harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
Lokasinya cocok dan strategis.
Konstruksi bangunan memenuhi syarat dan bentuk memadahi.
Peralatan pendukung yang dibutuhkan tersedia.
Iklim dan lingkungannya sesuai dengan burung cucakrawa.
Lokasi yang Cocok dan Strategis
Sebelum penangkaran dimulai, kita perlu memilih lokasi kandang penangkaran yang cocok dan strategis dengan hidup burung cucakrawa.
- Cocok: artinya banyak factor pendukung yang memperlancar usaha penangkaran, antara lain: cukup mudah mendapat air dan makanan, tersedia listrik sebagai pemanas dan penerangan, lingkungan tidak terlalu dekat dengan keramaian yang mengganggu, kecuali kicau burung. Selain itu, ada tempat untuk membuang sampah atau kotoran, serta jauh dari binatang yang dapat mengganggu suasana penangkaran.
- Strategis: lokasi penangkaran mudah dikenal dan dijangkau para penggemar, dekat dengan jalan serta transportasinya mudah. Kalau mungkin tidak berada dalam kota dan lebih baik lagi bila berlatar belakang pegunungan yang masih menyerupai hutan. Hal ini akan sangat mendukung keindahan suasana penangkaran. Karena, selain hasil yang akan diharapkan, kombinasi antara alam yang indah dan kicauan burung yang akan memberikan kenikmatan tersendiri.
Tersedianya tenaga, bahan, dan sarana penunjang lainnya perlu pula dipertimbangkan, karena hal ini akan membawa kemudahan serta mendukung perkembangan penangkaran.
Kandang penangkaran yang baik dan cocok adalah kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bahan kerangka dari kayu yang kuat, tidak mudah lapuk, dan tahan lama .
Lantai dasar terbuat dari batu kali, batu apung , kerikil pasir dan tanah atau lumpur. Komposisi ini menyerupai kehidupan asli di hutan sehingga memenuhi kebutuhan dan sarana merawat diri bagi burung. Misalnya batu apung untuk mengasah paruh , pasir sebagai tempat mandi debu dan lain sebagainya.
Kolam atau rawa buatan dibuat dari semen dan batu alam yang dibentuk sealami mungkin agar tampak luas seingga burung akan merasa senang , betah dan merasa gembira

PEMILIHAN PASANGAN
Keberhasilan penangkaran burung cucakrawa sangat ditentukan oleh pasangan baru yang akan ditangkarkan sebagai calon induk. Untuk menentukan induk yang baik, faktor-faktor berikut ini harus diperhatikan, yakni:
Mutu atau kualitas.
Umur burung yang akan dijodohkan.
Asal-usul pasangan.
Jenis kelamin.
Kecocokan pasangan.
Kesehatan burung.
Mutu atau Kualitas
Burung yang akan ditangkarkan sebaiknya telah benar-benar diseleksi kualitasnya, yang meliputi mutu suara atau kicau, mental dan jiwanya, keutuhan fisik serta daerah asal (peringkat teratas saat ini adalah cucakrawa yang berasal dari Medan).
Umur Burung
Umur burung yang akan ditangkarkan sangat menentukan kualitas piyik atau anakan yang dihasilkan. Anak atau piyik dari induk yang terlalu muda selain kondisi fisiknya lemah, juga kicau atau suaranya akan kurang keras atau bantas. Kemungkinan lain adalah induk muda ini kurang atau belum mampu merawat anaknya dengan baik, sehingga kemungkinan mati disaat kecil sangatlah besar. Sebaliknya, induk yang umurnya terlalu tua selain sudah kurang produktif, telur yang dierami kemungkinan tidak dapat menetas. Kalaupun dapat menetas anaknya kurang sehat atau bahkan mati,
Umur yang baik bagi penangkaran burung cucakrawa adalah 2 tahun bagi pejantan dan 1,5 tahun bagi betina, sebab pada umur tersebut cucakrawa telah mencapai dewasa kelamin. Apabila induk burung yang ditangkarkan berasal dari satu keturunan (dari induk yang sama), penangkaran dapat dimulai pada umur 1,5-2 tahun.
Asal-usul Pasangan
Satu induk yang sama, yakni dari satu tetasan yang pada umumnya terdiri atas jantan dan betina.Keuntungan pasangan dari induk yang sama ini adalah lebih mudah menjodohkannya serta mudah pula mentukan jantan dan betinanya, karena mereka telah berpasangan sejak menetas. Kelemahannya adalah, keturunannya tidak mungkin menghasilkan kombinasi suara lain karena berasal dari satu darah atau satu garis keturunan
Jenis Kelamin
Sering terjadi, karena ketidaktahuan penangkar, burung yang dijodohkan adalah pasangan yang terdiri atas jantan semua atau betina semua. Hal ini sering dialami oleh penangkar pemula. Walaupun burung yang dijodohkan adalah betina semua, dapat bertelur. Hal ini mungkin terjadi bila gizi yang diperlukan oleh burung tercukupi. Penentuan jenis kelamin sangat menentukan keberhasilan penangkaran, sebab bila sampai salah, penangkaran akan mengalami kegagalan. Untuk menentukan jenis kelamin ini telah duraikan di atas secara rinci.
Kecocokan Pasangan
Burung yang telah ditentukan jenis kelaminnya belum menjamin pasangan ini dapat akur atau jodoh dan dapat menghasilkan telur atau keturunan. Burung jantan dan betina yang disatukan dalam sangkar belum pasti cocok, mereka dapat saling menyerang, dan mungkin pula si jantan kalah oleh betinanya. Dalam hal semacam ini, pasangan burung ini harus segera dipisahkan agar tidak mengalami kerusakan bahkan dapat mengakibatkan matinya salah satu burung
Kesehatan
Burung yang disiapkan untuk induk, hendaknya betul-betul telah diseleksi kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun mentalnya lebih-lebih pada burung yang cacat. Burung yang kurang sehat atau tidak fit tidak mungkin menghasilkan anakan yang yang baik seperti yang diharapkan.bila burung yang dijodohkan ini sakit, akibatnya akan lebih fatal. Oleh karena itu, burung yang dijodohkan harus selalu dijaga kesehatannya melalui perawatan, pemberian makan yang baik serta kebersihan kandangnya. Selain umur prodiktifnya panjang, kesehatan burung juga akan menghasilkan keturunan yang baik dan memuaskan
CARA MENJODOHKAN
Bila calon induk yang akan ditangkarkan telah dipilih serta telah memenuhi syarat tersebut di atas, tiba saatnya untuk memasukkannya ke dalam kandang penangkaran. Menjodohkan atau memasukkan burung ke dalam kandang pun ada tekniknya tersendiri, yakni sebagai berikut:
- Masukkan burung jantan ke dalam kandang penangkaran terlebih dahulu, hingga benar- benar tampak tenang dan tidak lagi gelisah, syukur sudah mau berkicau
- Dekatkan atau tempelkan sangkar/kurungan yang berisi burung betina pada kandang penangkaran yang sudah berisi burung jantan calon pasangannya, pada salah satu dinding kandang dan amati terus. Bila keduanya telah mulai tertarik dan mendekat serta menunjukkan isyarat gerak yang cocok, barulah mulai dengan tahap berikutnya yaitu memasukkan burung betina ke dalam kandang penangkara
- Masukkan cucakrawa betina dalam kandang penangkaran secara hati-hati, agar si jantan tidak terkejut dan menyebabkan ketakutan serta menghambat adaptasi keduanya. Waktu yang tepat untuk memasukkan burung betina adalah sore hari menjelang tidur, dengan maksud agar keduanya dapat segera tenang dan tidak saling menyerang. Ikuti dan awasi terus perkembangannya agar dapat dipastikan bahwa keduanya akur dan tidak saling menyerang. Apabila dalam beberapa hari sudah mulai tampak akur dan selalu rukun, dapat diharapkan pasangan ini akan segera menghasilkan keturunan
- Berikan cukup makanan baik makanan buatan, buah-buahan maupun makanan ekstra berupa serangga, belalang atau jangkrik. Air minum dan kolam rawa atau kolam buatan agar selalu dijaga kebersihannya serta mengganti airnya.
- Pada waktu memberikan makanan ekstra, berupa belalalng atau jangkerik, usahakan agar dibantu dengan tangan atau lidi, agar terjalin diberikan secara kontak langsung dengan pemilik. Kontak secara langsung dengan burung perlu latihan atau pendekatan sedikit demi sedikit dan penuh kesabaran. Kontak langsung ini sangat diperlukan, agar terjalin hubungan kasih saying. Bila kontak langsung sering dilakukan, maka setiap kali kita datang ke lokasi kandang, burung akan menyambut gembira dan penuh harap untuk mendapatkan hadiah makanan kesayangan
- Setelah beberapa waktu akan tampak jelas adanya kehidupan yang rukun, penuh kegembiraan yang diselingi dengan canda dan saling berkejaran riang namun tidak menyerang
- Secara naluriah, seperti ketika masih di hutan, biasanya pasangan burung ini akan membuat sarang dan mulai bertelur menjelang musim penghujan , yaitu sekitar bulan Juli-Agustus. Apabila pasangan ini sama-sama tampak mengumpulkan rumput kering atau bahan lain dan mulai menyusun sarang, segera berilah tambahan daun cemara, rumput kering ataupun serabut kelapa agar burung mudah mencari bahan sarang
- Setelah segalanya dirasa siap, maka si betina akan segera bertelur antara 2 sampai 3 butir. Tetapi ada kalanya burung akan bertelur sampai 4 butir. Tetapi pada umumnya cucakrawa hanya bertelur 2 butir saja. Telur yang semula berwarna putih ini lama-lama menjadi agak kekuningan dan kemudian akan muncul bintik-bintik coklat muda kekuning-kuningan. Pengeramannya biasanya dilakukan secara bergantian. Pada hari ke empat belas, biasanya telur akan segera menetas. Anak cucakrawa akan diasuh oleh kedua induknya secara bergantian.
PERAWATAN SAAT TELUR MENETAS
Apabila telah diketahui kapan kira-kira telur akan menetas, persiapkan segala sesuatnya dengan cermat, telaten dan penuh perhatian. Dalam dua atau tiga hari menjelang telur menetas hendaknya telah disediakan kroto atau serangga lain yang lembut dan lunak agar sewaktu-waktu menetas induk langsung dapat memberi makan anak-anaknya sesuai kehendaknya. Di dalam sangkar induk tidak bisa secara bebas mencarikan makan untuk anaknya, maka kebutuhan pakan untuk anak burung harus selalu diperhatikan dari hari ke hari. Karena kebutuhan makannya tidak selalu sama dari hari ke hari sejak umur 1 hingga 15 hari, anak akan mulai belajar keluar sarang terutama saat bulunya sudah mulai lengkap. Induk burung akan memilih dan memberikan jenis pakan yang sesuai cocok dengan anaknya, sesuai dengan umur dan besar anaknya. Pada tahap menyuapi ini pemberian pakan ekstra berupa serangga, tidak boleh terlambat, agar pertumbuhan anak burung tidak terlambat, dan mungkin akan mengalami kegagalan. Setelah anak cucakrawa mulai keluar dari sarang, jumlah jatah pakan perlu ditambah. Pada tahap ini, anak burung akan selalu minta disuapi dan kelihatannya selalu lapar dan ingin makan.
Usahakan untuk tidak terlalu cepat memisahkan anak burung dari induknya, tunggu sampai kira-kira berumur satu atau dua bulan. Saat yang paling tepat untuk memisahkan anak dari induknya adalah bila ada tanda-tanda bahwa induk berusaha menjauh, bila anak mendekat untuk minta disuapi dan seolah-olah akan mematuknya. Setelah tanda-tanda tersebut di atas terlihat, segera ambil dan pisahkan dengan hati-hati, agar induknya tidak terkejut dan stress. Apabila terkejut, apalagi stress, dapat mengakibatkan induk burung tidak mau bertelur dalam waktu yang cukup lama. Di malam hari burung cucakrawa mempunyai kebiasaan tidur lelap dengan memasukkan dan mendekap kepalanya di bawah bulu sayapnya, sehingga apabila cukup hati-hati anaknya dapat di tangkap tanpa setahu induknya.
Anak cucakrawa yang telah dipisahkan, dikumpulkan menjadi satu dalam sangkar pemeliharaan.apabila kelak akan dijadikan calon induk, anak-anak burung ini tidak perlu dipisah-pisahkan agar dapat tetap rukun. Selain itu, dalam membentuk pasangan yang baru, dan menentukan jantan dan betinanya tidak mengalami kesulitan lagi. Tetapi bila dimaksudkan untuk keperluan lain, misalnya calon yang akan diikutkan lomba atau sekedar untuk di dengar suaranya, setelah anak burung mulai belajar berkicau dapat segera dipisahkan dari yang lain, agar cepat dan rajin berkicau. Cari master untuk melatihnya, seperti kaset, menggunakan burung yang sudah jadi dan baik atau menggunakan burung sejenis trucukan
MERAWAT DAN MELATIH CUCAKRAWA
Setelah cukup umur, burung muda hasil penangkaran, dikumpulkan dalam sangkar terpisah dari induknya. Maksud pemisahan ini antara lain:
Ada selera makan bila ada temannya.
Lebih merasa tenang.
Mengurangi perasaan gelisah pada saat dipisahkan.
Kemungkinan akan dijadikan induk baru.
Menghemat kebutuhan sangkar.
DiliDilihat dari berbagai segi, burung cucakrawa hasil penangkaran lebih baik kualitasnya dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan cucakrawa hasil tangkapan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain
Lebih jinak dan mudah beradaptasi, karena lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga.
Belum pernah tahu dan merasakan kehidupan di hutan sehingga tak ada rasa tertekan atau ingin hidup bebas.
Bentuk fisiknya bagus karena pemilihan induknya secara selektif.
Corak suara telah dapat diketahui berdasarkan induk yang menurunkan.
Kesehatannya terjamin karena terawat sejak telur menetas.
Seleksi ketat dan penangkaran yang terkontrol akan menghasilkan keturunan yang semakin hari semakin dapat ditingkatkan kualitasny
MELATIH CUCAKRAWA MUDA HASIL PENANGKARAN
Walaupun cucakrawa hasil penangkaran memiliki banyak kelebihan, tetapi peternak perlu menguasai cara dan teknik melatih, agar burung cepat dan rajin berkicau dengan baik. Burung dengan dasar suara yang bagus saja belum cukup, karena masalah mental juga sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu, dalam melatih cucakrawa muda perlu dipersiapkan langkah sebagai berikut:
Usahakan sangkar yang dipakai bukan sangkar yang baru, agar kepala dan bulu tidak rusak, akibat menabrak jeruji sangkar (sangkar lama jerujinya sudah tidak tajam).
Usahakan agar cucakrawa muda selalu mendengarkan lagu dan irama kicau dari cucakrawa yang sudah jadi , bagus bahkan pernah menjadi juara. Untuk lebih mudahnya, gunakan kaset rekaman burung cucakrawa juara.
Dapat pula digunakan master dari jenis burung trucukan. Karena burung ini memiliki banyak persamaan, baik bentuk maupun irama/ nada kicaunya, hanya suaranya lebih kecil. Kelebihan trothokan ini adalah banyak yang memiliki lagu ganda yang kini banyak digemari dan menang dalam lomba atau pameran.
Agar cucakrawa muda tidak takut, jangan didekatkan dengan burung yang telah jadi dan berkicau keras-keras. Bila perlu biarkan burung muda ini mendengarkan kicauannya saja, tanpa melihat burungnya. Setelah beberapa waktu dan kelihatan bahwa burung muda ini sudah agak pandai serta kuat mentalnya, boleh didekatkan dengan burung yang sudah bagus, agar terbiasa dan berani berkicau bersama bersahut-sahutan seperti saat berada dalam arena pameran. Tanpa latihan yang baik, burung burung yang sudah rajin dan kicaunya bagus pun belum berani unjuk suara di arena.
Burung cucakrawa yang sedang bersemangat kicau sering tidak mengenal lelah dan selalu ingin berkicau, apalagi bila melihat atau mendengar suara burung lain. Keadaan ini jangan dibiarkan saja atau bahkan dibanggakan, karena terlalu bersemangatnya berkicau, burung dapat mengalami kerusakan pita suara atau duburnya. Untuk mencegahnya, sekali waktu, burung perlu diistirahatkan dengan jalan ditutup dengan kain atau ditempatkan dalam ruangan yang agak tertutup.
Satu minggu satu kali burung disemprot dengan air menggunakan semprotan atau disediakan air di bak plastic dalam kurungan agar burung dapat mandi terutama di pagi atau siang hari. Dapat pula dilakukan dengan memindahkan burung ke sangkar lain yang telah dilengkapi dengan bak plastic kecil. Caranya, rapatkan kedua pintu sangkar, kemudian giring dan arahkan agar burung pindah dengan sendirinya tanpa mengalami gangguan yang berarti.
Pakan dan minum yang diberikan secara teratur, serta sangkar yang dijaga kebersihannya, sangat menentukan kesehatan burung. Apalagi bila dilakukan dengan cara yang halus yang disertai kasih sayang, akan menimbulkan ikatan batin antara burung dan pemiliknya.
Bila pasangan piyik cucakrawa muda ingin dijadikan indukan baru sebaiknya pasangan ini tidak dipisah sampai saatnya nanti kedua burung menjadi dewasa dan siap dimasukkan dalam sangkar penangkaran tanpa harus melalui seleksi jenis kelamin untuk dijodohkan. Pasangan ini biasanya pasti jantan dan betina, sehingga akan langsung akur dan menjadi induk baru.dari antara sekian kali hasil penetasan, ada juga yang mungkin jantan semua atau betina semua, namun ini jarang terjadi. Bila hal ini terjadi, segera ganti dengan burung atau pasangan lain yang cocok.
Burung juga mempunyai perasaan, dalam arti mereka dapat merasakan kalau mereka disayang, disanjung, atau bahkan dimarahi. Oleh karena itu, dukungan dari anggota keluarga untuk dapat memahami, ikut senang dan menerima kehadiran burung-burung tersebut di rumah sangat diperlukan. Hal ini akan terasa bila suatu saat kita harus berpergian dan pulang terlambat, atau tidak pulang sama sekali, perawatan burung dapat dibantu dan diselesaikan oleh keluarga tanpa menagami perubahan apalagi sampai terlantar.
PENYAKIT DAN CARA PENGOBATANNYA
Bulu Rontok
Tanda-tanda:
Seperti pada jenis unggas lain, setiap satu tahun sekali, cucakrawa akan mengalami pergantian bulu dan biasanya terjadi sesudah musim kawin. Di dalam kandang penagkaran, perkawinan diupayakan lebih dari satu kali dalam setahunnya. Dalam keadaan seperti ini biasanya bulu-bulu burung akan lepas dengan sendirinya, tetapi kemudian akan tumbuh bulu baru sebagai penggantinya. Pergantian bulu ini tidak perlu dicegah, karena merupakan proses alami yang harus terjadi dan untuk perbaikan masa yang akan datang. Biasanya semakin bertambah usia, bulu burung akan tampak semakin indah dan sempurna.
Kerotokan bulu juga dapat terjadi karena dicabuti oleh burung lain atau oleh burung itu sendiri. Bila hal ini terjadi, pertama-tama harus dicari penyebabnya, apakah karena kutu, caplak atau sejenis jamur yang mengganggunya. Bila penyebabnya adalah kutu, caplak atau sejenis jamur, berikan semprotan obat pembasminya yang berkadar rendah langsung pada bulunya dengan menggunakan sprayer. Lakukan dengan hati-hati, karena semprotan ini dapat menyebabkan burung ini mabuk.
Selain karena kutu-kutu tersebut, sering terjadi burung-burung mencabuti bulunya sendiri atau bulu temannya. Untuk mencegah hal ini terjadi, berikan obat anti kanibal yang dicampurkan ke dalam pakan atau air minumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri. “Beberapa Aspek Ekologie Burung Pemakan Serangga di Areal tanaman Jeunjina.” Dalam: Skripsi Sarjana Kehutanan IPB, tahun 1992, Cibunghulang Bogor.
Emi Sumiarsih Yovita Hety Indriani, Melatih, Memelihara dan Menangkar Burung Ocehan, Penebar Swadaya Jakarta Cetakan I tahun 1994.
Eka Poultry Industrial Interprise, Dalam: Daftar Produk Makanan Ternak, Obat Hewan dan Mineral, Semarang.
Frans Sudiro dkk. Aneka Ayam Hias dan Piaraan, Penerbit Kanisius Yogyakarta Cetakan II tahun 1993.
Hasanuddin Liti, “Membuat Surga Burung,”Dalam: Intisari, Agustus 1990.
Kedaulatan Rakyat, 7 Nopember 1994 Halaman 11.
Nugroho DRH, Budidaya Burung Cucakrawa, Eka Offset, Semarang Cetakan I, tahun 1986.
Prawirodilogo Dewi M, “Potensi Burung dalam Pengendalian Populasi Serangga Hama”, Dalam: Media Konservasi, September 1990.
Roche, Vitamin dan Coratene untuk Hewan, Jakarta.
Rasyat Muhammad, Bahan Makanan Unggas di Indonesia, Kanisius Yogyakarta, tahun 1990.
Surwono B. “Ulat Hongkong Sebaiknya Dietrnak atau Dibasmi Habis”, Dalam : Trubus, Oktober 1986.
Sumaryono H dkk, “Produksi Pisang di Indonesia”, Dalam: Puslitbang Holtikultura, Jakarta tahun 1989.
Sudrajad, Cucakrowo, Penebar Swadaya tahun 1994.
“Cucakrawa Berbiak Tujuh Kali Setahun”, Dalam: Trubus, 1 Februari 1994, Nopember 291 Tahun XXV hlm. 40-41.
Tim Penulis PS, Cacing Tanah, Penebar Swadaya Jakarta tahun 1991.
Widyaningsih Soemadi, Abdul Muthalib, Pakan Burung, Penebar Swadaya, Jakarta Cetakan I Tahun 1995.
Drs. Sri Panuju Karso, Penangkaran burung cucakrawa, Kanisius Yogyakarta 1996
Rusli Turut, Sukses melatih cucakrawa berkicau, Penebar Swadaya Jakarta Cetakan I Tahun 1998
Drs. Sudrajat, MM, Memilih bakalan, melatih ke arena kontes, dan menangkar si “roker “ edisi revisi, Penebar Swadaya 2005.
Tabloid Hobi “Burung” Jawa Pos Group
Agar Burung Cucakrawa Rajin Berkicau

Salah satu hal yang menjengkelkan bagi pecinta burung adalah burung tidak mau bunyi. Mungkin tip ini bisa memberikan obat buat anda yang lagi bingung mencari jawaban permasalahan tersebut.

1. Pastikan burung anda dalam keadaan sehat. Hal itu dapat dilihat dari tingkah laku dan kotoran burung tersebut. Burung cucakrawa yang sehat berperilaku agak liar dan tidak malas. Sedangkan kotoran burung yang sehat yaitu tidak encer /mencret dan berwarna sesuai makanannya. Bila diberi makan pelet hijau maka kotoran harus hijau bukan putih.
2. Jemur burung mulai jam 7-9 pagi setiap hari supaya burung tidak kutuan dan bisa bergarak lincah. Sediakan air yang cukup untuk mandi atau mandikan dulu baru dijemur.
3. Pastikan setiap hari burung memakan extra fooding berupa jangkrik atau kroto. Tapi saya sarankan kasih jangkrik pagi 4 sore 4 biji untuk menghangatkan badan. Pemberian extra fooding yang berlebihan membuat burung sangat birahi dan bulunya menjadi kusam.
4. Carikan pasangan baik jantan maupaun betina untuk merangsang berkicau ( saling bersautan ) tetapi jangan yang betul betul jadi ( umur diatas 3 th ) karena secara mental burung kita pasti kalah., dan jadi macet.
5. Tambahkan mineral pada air minum dan ganti setiap hari.

Dengan mengikuti uraian diatas semoga burung cucakrawa anda bisa berkicau lagi dan semakin rajin berkicau. Selamat Mencoba
Agar Telur Tidak di Buang

Dengan kandang yang ideal,yaitu panjang 3m,lebar 2m dan tinggi 3m yang umumnya dilengkapi dengan pohon perdu serta tempat mandi yang cukup membuat burung cucakrawa merasa nyaman. Ada beberapa faktor yang menyebabkan induk cucakrawa membuang anak atau telurnya:

1. Induk burung cucakrawa tidak merasa nyaman dengan lingkungan dan merasa terancam. Hal itu bisa disebabkan Cucakrawa memang tergolong burung yang sensitive,umumnya kandang burung cucakrawa dibuat dari tembok yang tertutup. Suara bising , gaduh serta bau yang menyengat merupakan salah satu faktor yang membuat burung cucakrawatidak merasa nyaman. Ganguan binatang baik tikus,kucing maupun anjing juga merupakan faktor yang dapat membuat burung cucakrawa merasa terancam. Pemecahan masalah ini yaitu meminimalkan ganguan lingkungan tersebut. Jauhkan kandang dari keramain orang maupun kendaraan bemotor dan juga jauhkan kandang dari ancaman binatang peliharaan maupun binatang liar .

2. Induk burung cucakrawa tidak merasa nyaman sehingga membuang serabut dan menata kembali bahan pembuat sarang. Dalam proses membuang dan menata kembali serabut tadi telur ikut jatuh. Pemecahan masalah ini yaitu dengan membuat sarang lebih dari satu sehingga induk cucakrawa bisa memilih sendiri posisi dan kenyamanan sarang yang kita buat. Dan juga beri tambahan serabut halus untuk ditambahkan sendiri oleh induk cucakrawa agar induk merasa nyaman.

3. Induk burung cucakrawa birahi lagi. Hal itu dapat terjadi bila pemberian extra fooding yang berlebihan. Ukuran yang normal untuk induk yang sedang produksi perkandang yaitu 40 ekor jangkrik maksimal, sedangkan bila sudah mengeram maksimal 10ekor dan bila telur menetas minimal 60 ekor.Hal tersebut banyak diamini oleh para penangkar burung cucakrawa.

4. Induk yang memang nakal . bila itu terjadi jual aja induknya atau cari babuan buat mengerami. bisa babuan kutilang atau trucukan. kutilang lebih cocok dibuat babuan, karena sifatnya yang telaten dan cepat beradaptasi dengan lingkungan

Selamat Mencoba Semoga Berhasil.
PENYAKIT DAN CARA PENGOBATANNYA
Berak Darah
Tanda-tanda:
Burung tampak lesu, bulu kusut, sayap ke bawah, mata tertutup, mencret, tinjanya encer, dan bila telah parah sering berwarna kemerahan karena darah, tidak mau bertengger dan akan duduk di lantai sangkar.
Pencegahan:
Jauhkan burung sehat dari burung yang sakit, agar tidak tertular melalui kotoran, dan bersihkan sangkar dari kotoran yang menumpuk dan sisa pakan yang basi. Jaga kesehatan burung agar jangan sampai terganggu pencernaannya, karena penyakit ini menyerang usus higga menyebabkan peradangan, luka dan mengeluarkan darah.
Pengobatan:
Bila menghadapi keadaan seperti ini segera pisahkan burung ini dan masukkan ke dalam sangkar karantina. Kurangi porsi makannya agar ada kesempatan untuk menyembuhkan usus yang terluka, dan berikan makan yang halus. Berikan minum Coxilin atau Sulfaquinoxilin dan tambahkan vitamin ke dalamnya. Dapat juga dengan memberikan kapsul Terafit, yang harus dimasukkan ke dalam mulutnya.
Gangguan Pencernaan
Tanda-tanda:
Seperti pada gejala berak darah, ditambah dengan gerakan berjingkat-jingkat sewaktu buang kotoran. Ada tiga kemungkinan pada gangguan pencernaan ini, mungkin berak darah, berak kapur atau susah buang kotoran.
Pencegahan:
Hindarkan pakan yang dapat mrngganggu dan merusak pencernaan, karena burung ini memang memiliki system pencernaan yang kurang baik. Jagalah kebersihan kandang, berikan cukup air minum dan sekali waktu berikan papaya untuk melancarkan pencenaan. Hindarkan makanan yang dapat merusak pencernaan burung, misalnya kaki serangga, sayap serangga atau biji buah yang keras misalnya biji buah jambu batu atau pisang batu.
Pengobatan:
Bila burung terkena penyakit berak darah atau berak kapur, lakukan seperti yang diuraikan di atas. Tetapi bila burung mengalami susah berak, biasanya ada kotoran yang tertahan sampai beberapa hari, dan burung akan nampak menderita karena sakit.
Masukkan air sabun ke dalam duburnya melalui spuit (alat suntik) yang sudah diambil jarumnya. Air sabun akan memudahkan dan melancarkan saat burung akan buang kotoran atau berak. Berikan makan papaya agar membantu pencernaan serta taburkan batuan kecil dan kerikil batu apung.
Radang Mata
Tanda-tanda:
Mata membengkak dan mengandung air, mungkin dapat menyebabkan matanya melekat sehingga sukar dibuka. Sehingga kurang bergairah dan tampak bingung bila didekati.
Pencegahan:
Usahakan agar tidak banyak angin yang masuk ke dalam kandang. Asap yang masuk ke dalam kandang juga dapat menjadi penyebab, atau masuknya benda asing ke mata, seperti pasir, serbuk atau debu.
Pengobatan:
Periksalah keadaan mata, bila bengkak atau infeksi berikan salep mata. Tetapi bila tidak, cukup cuci dengan obat pencuci mata atau obat tetes mata. Usahakan agar burung tidak mendapatkan banyak sinar matahari yang menyilaukan atau adanya pantulan benda seperti kaca, seng yang baru, warna putih tembok atau warna lain yang merangsang. Warna benda dan cat sekeliling kandang penangkaran akan berpengaruh terhadap kesejukan dan kenyamanan, sehingga membuat kerasan bagi penghuninya.
Agar Burung Cucakrawa Rajin Berkicau

Salah satu hal yang menjengkelkan bagi pecinta burung adalah burung tidak mau bunyi. Mungkin tip ini bisa memberikan obat buat anda yang lagi bingung mencari jawaban permasalahan tersebut.

1. Pastikan burung anda dalam keadaan sehat. Hal itu dapat dilihat dari tingkah laku dan kotoran burung tersebut. Burung cucakrawa yang sehat berperilaku agak liar dan tidak malas. Sedangkan kotoran burung yang sehat yaitu tidak encer /mencret dan berwarna sesuai makanannya. Bila diberi makan pelet hijau maka kotoran harus hijau bukan putih.
2. Jemur burung mulai jam 7-9 pagi setiap hari supaya burung tidak kutuan dan bisa bergarak lincah. Sediakan air yang cukup untuk mandi atau mandikan dulu baru dijemur.
3. Pastikan setiap hari burung memakan extra fooding berupa jangkrik atau kroto. Tapi saya sarankan kasih jangkrik pagi 4 sore 4 biji untuk menghangatkan badan. Pemberian extra fooding yang berlebihan membuat burung sangat birahi dan bulunya menjadi kusam.
4. Carikan pasangan baik jantan maupaun betina untuk merangsang berkicau ( saling bersautan ) tetapi jangan yang betul betul jadi ( umur diatas 3 th ) karena secara mental burung kita pasti kalah., dan jadi macet.
5. Tambahkan mineral pada air minum dan ganti setiap hari.

Dengan mengikuti uraian diatas semoga burung cucakrawa anda bisa berkicau lagi dan semakin rajin berkicau. Selamat Mencoba
Kalkulasi Biaya Beternak Burung Cucakrawa
Untuk menjadi seorang peternak atau penangkar burung cucakrawa memang tidak mudah, butuh ketekunan dan semangat juang yang tinggi. Tetapi bila berhasil keuntungan jutaan rupiah sudah menanti. Disini akan kami beri gambaran secara ringkas kalkulasi biaya dan estimasi hasil. Hasil kalkulasi ini berdasarkan harga burung cucakrawa sekarang. Anakan cucakrawa dijual bila sudah berumur 3 bulan dan sudah bisa makan sendiri. Sedangkan indukan sudah berumur 2 th sehingga sudah betul betul siap produksi ( jebol kandang ) dengan klarifikasi kwalitas standart bukan istimewa atau ropel.

Kalkulasi biaya beternak burung cucakrawa selama 1 tahun :

Pembuatan kandang 3x2x3 meter Rp 2.000.000,00
Pembelian Induk siap diternak Rp 10.000.000,00
Pakan tiap bulan @ 50.000,00 Rp 600.000,00
Lain-lain Rp 500.000,00
Total..............................................................Rp 13.100.000,00

Estimasi hasil selama 1 tahun bila dibiarkan alami( diasuh induk ) :
Induk menghasilkan anak 3 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,00
4 x 3.500.000,- Rp 14.000.000,00
Modal sudah kembali + laba ................................... RP 900.000,00

Estimasi hasil selama 1 tahun bila dirawat sendiri ( penangkar ) :
Induk menghasilkan anak 1 bulan sekali @ sepasang Rp 3.500.000,0
12 x3.500.000,- Rp 42.000.000,00
Dikurangi upah pegawai@ 300.000,- Rp 3.600.000,00
Modal sudah kembali + laba ..................................Rp 25.300.000,00

Semua itu gambaran betapa besar usaha sampingan kita perbulan dengan hanya mempunyai satu kandang penangkaran.Tetapi semua tidak semudah yang kita bayangkan perlu ketekunan dan kemauan untuk terus belajar.
Selamat mencoba dan semoga sukses